Kamis, 25 September 2014

Guyonan Membawa Sengsara



HUKUM MENGOLOK-OLOK AGAMA UNTUK MEMBUAT ORANG LAIN TERTAWA

Oleh :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Ada sebagian orang yang bercanda dengan perkataan yang mengandung olok-olok terhadap Allah atau RasulNya Shallallahu'alaihi wa sallam atau Agama. Bagaimana hukumnya ?

Jawaban :
Perbuatan ini, yakni mengolok-olok Allah atau RasulNya Shallallahu'alaihi wa sallam atau KitabNya atau AgamaNya, walaupun dengan "Bercanda" dan sekalipun sekedar untuk membuat orang lain tertawa, sesungguhnya perbuatan ini merupakan kekufuran dan kemunafikan. Perbuatan ini seperti yang pernah terjadi pada masa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam yaitu mereka yang mengatakan, "Kami belum pernah melihat para pembaca (Al-Qur'an) kami yang lebih buncit perutnya, lebih berdusta lisannya dan pengecut saat berhadapan dengan musuh". Maksudnya adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Lalu turunlah ayat tentang mereka.

Artinya : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. [At-Taubah : 65]

Karena itu mereka datang kepada Nabi Shallalalhu'alaihi wa sallam dan mengatakan, Sesungguhnya kami membicarakan hal itu ketika kami dalam perjalanan, dengan tujuan untuk menghilangkan payahnya perjalanan?. Namun Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam berkata kepada mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah.

Artinya : Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok ? Tidak usah kami minta maaf karena kamu Kafir sesudah beriman. [At-Taubah : 65-66].

Jadi, segi Rububiyah, kerasulan, wahyu dan agama adalah segi yang terhormat, tidak boleh seorangpun bermain-main dengan itu, tidak untuk olok-olok, membuat orang lain tertawa ataupun menghina. Barangsiapa yang melakukannya berarti ia telah kafir, karena perbuatannya itu menunjukkan penghinaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, para rasulNya, kitab-kitabNya dan syariat-syariatNya. Dari itu, barangsiapa melakukan perbuatan tersebut, hendaknya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas apa yang telah diperbuatnya, karena perbuatan ini termasuk kemunafikan, dari itu hendaknya ia bertaubat kepada Allah, memohon ampunan dan memperbaiki perbuatannya serta menumbuhkan di dalam hatinya rasa takut terhadap Allah Subahanahu wa Ta'ala, pengagungan terhadapNya, rasa takut dan cinta terhadapNya. Hanya Allah-lah yang kuasa memberi hidayah.

[Majmu Fatawa wa Rasa'il Ibnu Utsaimin, Juz 2, hal.156]
Dikutib dari : www.almanhaj.or.id

Berhati-Hati Dalam Bersikap
Mengolok-olok agama ada dua model. Pertama yaitu model olok-olokan secara jelas dan terang-terangan. Contoh model pertama ini adalah seperti dalam kisah hadits di atas. Model olok-olokan yang kedua adalah dengan cara tidak terang-terangan (sindiran). Contoh model ini seperti berisyarat dengan mata (dalam rangka menghina Islam dan syiar-syiarnya), menjulurkan lidah, meludah dan lain-lain. Bentuk ini pun termasuk kekafiran.
Dosa pelecehan terhadap agama amatlah besar di sisi Alloh. Seorang muslim wajib untuk menghindari perkara ini dan menghindari tempat-tempat di mana ayat-ayat Alloh dijadikan bahan ejekan. Alloh berfirman yang artinya, ”Dan sungguh Alloh telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Alloh diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Alloh akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (QS. An-Nisa’: 140). Orang yang mendengar ayat-ayat Alloh diingkari dan dilecehkan sedangkan ia duduk bersama orang-orang yang sedang melecehkan ayat-ayat Alloh serta ridho untuk duduk bersama mereka, maka ia juga mendapatkan dosa sebagaimana orang-orang yang melecehkan ayat-ayat Alloh dan ia juga telah kafir keluar dari islam.
Catatan Penting:
Sebagai faidah tambahan, agama Islam yang lurus juga melarang bagi para pemeluknya untuk bersendau gurau dengan sesuatu yang bersifat bohong-bohongan (dusta). Perbuatan ini juga dilarang walaupun tidak sampai derajat kekafiran, dengan syarat bahan guyonannya itu bukan permasalahan agama. Ini merupakan salah satu di antara kemuliaan Islam di mana mengajarkan kepada pemeluknya untuk senantiasa menjaga diri dari kedustaan walaupun hanya dalam rangka guyonan. Rosululloh shollallohu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Kecelakaan bagi seseorang yang bercerita dan ia berdusta (dalam ceritanya) untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya. Kecelakaan baginya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i dengan isnad yang kuat)
Alangkah sedikitnya orang di zaman kita yang terbebas dari perkara ini. Akhirnya kita memohon kepada Alloh agar menjaga lisan dan segala gerak-gerik kita dari hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Alloh Azza wa Jalla. Wallohu A’lam.

Dikutip dari : www.muslim.or.id

Tidak ada komentar: