Senin, 27 April 2015

Riya' Terselubung

Allah Ta'ala berfirman: فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
QS. AnNajm:32 ------------------------------ Assalāmu'alaykum warahmatullāhi wabarakātuh. Alhamdulillāh washshalātu wassalāmu 'alā Rasūlillāh.
Kita sama-sama tahu bahwasanya meraih keikhlashan bukanlah perkara yang mudah. Namun tentunya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allāh Subhānahu Wa Ta'āla.
Namun ada yang lebih sulit dari meraih keikhlashan yaitu MENJAGA KEIKHLASAN.
Ini juga membutuhkan perjuangan karena ada penyakit yang selalu dihembuskan oleh syaithan untuk merusak keikhlashan yang telah kita raih sehingga keikhlashan yang berusaha kita jaga akan menjadi rusak.
Dialah penyakit RIYĀ, ingin dipuji, beribadah agar dilihat, agar diakui, dihormati. Riyā sering dihembuskan oleh syaithan baik secara terang-terangan ataupun terselubung. Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh mengatakan: "Diantara bentuk riyā terselubung adalah seperti seseorang mengghibah atau menjatuhkan orang lain tetapi tujuannya adalah untuk memuji dirinya sendiri."

CONTOH 1Perkataan: "Saya sudah sering safar dengan si Fulan, dia tidak pernah shalat malam dan pelit untuk bershadaqah jika ada yang membutuhkan bantuannya." Maksud dia tatkala menyebutkan kejelekan saudaranya ini adalah untuk memuji dirinya namun dia bawakan dengan menyebutkan kejelekan saudaranya. Seakan-akan dia berkata: "Kalau saya rajin shalat malam dan saya tidak pelit." Padanya terkumpul 2 dosa besar yaitu dosa ghibah (menjatuhkan saudaranya) dan dosa riyā yang terselubung. Dari ucapan "Saya rajin shalat malam dan saya tidak pelit" akan tampak riyānya dan dia mengemasnya dengan bentuk yang lain dengan menjatuhkan saudaranya. CONTOH 2⃣ Perkataan: "Saya tidak pernah lihat si Fulan shalat Shubuh berjama'ah di masjid." Yang difahami oranglain adalah bahwa dia selalu shalat Shubuh berjama'ah di masjid. Ini riyā terselubung dan juga jatuh ke dalam ghibah. Apa yang diisyaratkan oleh Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah ini mirip dengan ucapan lain yang semisal. CONTOH 3⃣ Seseorang ingin memuji dirinya, padahal Allāh Subhānahu Wa Ta'āla berfirman: فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى [32: النجم] "Janganlah kalian mensucikan (memuji) diri kalian, Allāh lebih mengetahui mana yang lebih bertaqwa diantara kalian." (An-Najm 32) Terkadang seseorang ingin mengangkat dirinya dengan cara memuji gurunya dengan mengatakan: "Guru saya adalah seorang yang 'alim, shalih, bertaqwa, hebat, tawadhu' daripada guru yang lain." Padahal orang-orang tahu bahwa orang tersebut murid dari guru tersebut, dia ingin mengangkat derajat dirinya tapi dengan cara mengangkat derajat gurunya. CONTOH 4⃣ Seseorang menulis biografinya dengan mencantumkan sederetan nama-nama gurunya untuk mengesankan bahwa dia adalah orang yang hebat. Sebenarnya cara ini boleh saja menyampaikan secara ilmiah tetapi hal ini bisa dijadikan sarana syaithan untuk menghembuskan riyā terselubung pada hati seseorang. CONTOH 5⃣ Perkataan yang menceritakan kedekatannya dengan ustadz, misal: "Saya dekat dan selalu bersama dengan ustadz Fulan." Tapi jangan sampai dia mengesankan kedekatannya menjadikan dia juga hebat dan mulia seperti ustadz Fulan. Hati-hatilah karena hal ini bisa menjadi salah satu dari pintu-pintu riyā. CONTOH 6⃣ Seorang ingin menunjukkan nikmat yang telah Allāh berikan kepadanya dan tidak boleh kufur nikmat. Allāh Subhānahu Wa Ta'āla berfirman: {وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ} [الضحى:11] "Adapun terhadap nikmat Rabb-mu maka sampaikanlah/ucapkanlah." (Dhuha 11) Dari pintu ini pun syaithan bisa memasukkan riyā, contohnya perkataan: "Alhamdulillāh Allāh selalu mengabulkan do'a saya." "Saya selalu diberi kenikmatan, tidak ada kesulitan." Ini perkataan yang bagus yang menunjukkan syukur kepada Allāh, akan tetapi terkadang orang yang mengucapkan kalimat seperti ini dalam rangka untuk memuji dirinya, seakan-akan dia mengatakan: "Saya ini orang yang mulia sehingga Allāh memberikan semua apa yang saya minta dan selalu mengabulkan do'a saya." Hati-hati karena bisa ada pintu riyā disini. CONTOH 7⃣ Perkataan: "Lihatlah si Fulan, setelah dia bermusuhan dengan saya, diapun celaka, dia meningal dunia, bisnisnya jatuh dan dihinakan orang, itu karena dia kuwalat sama saya." Terkadang terucap kalimat tersebut padahal bisa jadi orang tersebut terkena musibah karena sebab perkara lain. Oleh karena itu, janganlah seseorang memuji dirinya dengan cara menjelekken oranglain. Yā akh... , betapa banyak orang yang mencaci dan ingin membunuh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tetapi akhirnya masuk Islam dan menjadi shahabat yang mulia. Oleh karena itu marilah kita berusaha untuk menutup pintu-pintu riyā dengan berhati-hati dengan lisan dan hati kita. Apa yang disampaikan disini adalah bukan dalam rangka bersūuzhan kepada oranglain, jika ada seseorang yang mengatakan perkataan-perkataan di atas maka itu adalah riyā, tidak. Tetapi itu urusannya dengan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla. Ini adalah nashihat tentang hubungan kita dengan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla. Hati-hatilah jangan sampai syaithan menghembyskan riyā ke dalam hati kita saat kita mengucapkan sesuatu. Perkataan seorang salaf yang berusaha menutup segala pintu-pintu riyā, yaitu: Perkataan Husain bin 'Abdirrahman: Saya suatu hari di sisi Sa'id bin Zubair, kemudian Sa'id bin Zubair berkata: "Siapa diantara kalian yang tadi malam melihat bintang jatuh?". Jika Hushain bin 'Abdirrahman saat itu tidak tidur maka dikesankan bahwa malam itu tidak tidur karena sedang shalat malam dan akhirnya bisa melihat bintang jatuh. Namun, untuk menghilangkan kesan ini (agar dia tidak dipuji dengan apa yang tidak dia lakukan) maka Husain bin 'Abdirrahman menjawab: "Ya, saya semalam melihat bintang jatuh. Tetapi ketahuilah, saya melihat bintang jatuh bukan karena saya sedang shalat malam melainkan karena saya sedang disengat binatang berbisa." Lihatlah para salaf dahulu menjauhkan diri mereka dari pintu-pintu riyā. CONTOH 8⃣ Jika anda ditanya: "Berapa juz hafalan antum?". Maka janganlah mengesankan bahwa hafalan antum banyak padahal baru setengah juz misal dengan menjawab: "Ya, alhamdulillāh cukup." Tapi kita berusaha merendahkan diri kita, jangan memberikan kesan bahwa kita adalah orang hebat, misal dengan mengucapakan: "Hafalan saya masih sedikit, saya masih berusaha menghafal." Ingatlah, janganlah kalian mentazkiyah diri kalian karena sesungguhnya Allāh lebih mengetahui siapa yang lebih bertaqwa. Wallāhu Ta'āla a'lam bishshawāb. Assalāmu'alaykum warahmatullāhi wabarakātuh.

Download:
https://www.dropbox.com/s/iuz56y5vwixohka/Riya%20Terselubung.mp3?dl=0

Tidak ada komentar: